BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Sabtu, 31 Oktober 2009

ceRpentdh

MY SPECIAL DAY
Kamu … tak tau…
Rasanya hatiku…
Saat berhadapan kamu…
 Kamu… tak bias…
 Bayangkan rasanya jadi diriku…
 Yang masih cinta…
Mungkin lagu itu yang tepat untuk menggambarkan tentang kegalauan hatiku saat ini. Aku tidak bisa memungkiri kalau sebenarnya aku masih sangat cinta sama dia.Vian, nama itu yang sampai sekarang masih terukir dalam hatiku. Aku cinta banget sama dia melebihi apapun, tapi dia pergi dariku begitu saja tanpa aku ketahui sebabnya.
Tiba- tiba ditengah lamunanku pintu kamarku diketuk oleh seseorang.
“Siapa?” tanyaku kepada seseorang yang ada diluar.
“Ini aku Putra, bolehkah aku masuk?” jawabnya.
“Oh kirain siapa .” kataku lega,sembari mengusap air mataku.Aku takut kalau saja kakakku yang ada di luar itu. Karena aku nggak mau kalau dia sampai khawatir liat aku nangis kayak gini.Untung saja Putra, dia sahabatku dari SD yang slalu nemenin aku kapanpun dan dimanapundalam suka maupun duka. Putra sering banget kerumahku, malah hamper setiap hari. Yah, karma mungkin rumah kami berdekatan makanya dia sering banget kesini.
“Emang kenapa? Kamu takut kalau ada yang tau kamu nangis kayak gini?”Tanya Putra sembari duduk disampingku.Dia satu-satunya cowok yang boleh masuk kamarku setelah papa dan kakakku.
“Iya nih, aku nggak mau satu orangpun tau apa yang sedang terjadi saat ini padaku. Apalagi kak Ivan, dia pasti bakalan marah banget.” Kataku sedih.
“Ya udahlah, kamu yang sabar .Nggak seharusnya jugakan kamu terus-terusan sedih kayak gini.Kamu haru tetep bangkit dan semangatagar kamu bisa lupain Vian.” Jelas Putra sambil membuka buku-buku yang ada diatas Bed Coverku.
“Tetep aja dengan cara apapun aku nggak bakal bisa dengan mudah melupakannya,aku udah terlanjur cintamati sama dia.”jelasku lagi.
“Tapi kamu nggak selamanya kayak gini. Kamu bisa lupain dia dan membuka pintu hatimu untuk orang lain. Inget Ra.! hidup itu berputar, nggak mungkin kamu terus menghindar.”suara Putra terdengar sangat keras. Tidak pernah sekalipun dia membentakku, meskipun dalam keadaan serius. Tapi untuk ini dia seperti bukan Putra yang aku kenal.
“Sekali lagi aku bilangin, lupain dia untuk selamanya.”tambah dia lagi, lalu dia nyelonong gitu aja dari kamarku, meninggalkanku dalam kesendirian.
Esoknya, sepulang sekolah aku bertekad untuk mencari dia, karena seharian di sekolah aku sama sekali tidak melihat sehelai rambutnya sekalipun. Aku ingin tau apa motivasi dia membentakku semalam. Tempat tongkrongannya aku datengin, tapi hasilnya nihil semua. Hingga akhirnya aku putus asa. Aku berlalu pergi meninggalkan semua harapanku untuk bertemu Putra. Tapi, ada suara yang mendorong pendengaranku untuk mengetahuinya. Aku mencari tau asal suara itu, kemudian pendengaranku tertuju pada ruang teater siswa yan gpintunya agak terbuka. Padahal seingatku, hari ini tidak ada jadwal latihan bagi siswa-siswi yang mengikuti eskul itu. Aku coba memberanikan diri mengintipnya. Mataku terbelalak dan mulutku menganga lebar, setelah tau siapa yang ada didalam ruangan tiu. Yang ternyata Vian dan Putra. Mereka berdua saling berpelukan, aku heran melihatnya. Tapi untuk kali ini hatiku bertanya-tanya, apakah yang terjadi diantara mereka?aku merenung, sesaat kemudian…
“Kamu harus kembali padanya. Aku nggak mau dia menjasi anak yang patah semangat gara-gara kamu.”Putra melepaskan pelukannya.
“Tapi, kamu tau kan keadaanku sekarang .Aku tidak mungkin bisa membiarkannya hanyut dalam hidupku, lalu aku pergi meninggalkannya.Itu pasti sangat menyakitkan daripada apa yang dialaminya sekarang.”suara itu begitu ku hafal dan tidak asing lagi bagi telingaku.
“Aku tau itu, mungkin kamu tidak tau betapa rapuhnya dia saat kamu berlalu begitu saja dari hidupnya. Seandainya semalam kamu bersamaku saat menemuinya, aku yakin kamu pasti akan terhenyuh. Sebenarnya aku udah mau melakukan hal itu, tapi demi kamu dan demi cintaku padanya. Aku rela melakukan hal bodoh itu.”suara Putra terdengar lagi.Sejenak aku terkejut. Jika yang dimaksud Putra dan Vian itu aku, apa yang diucapkan Putra itu tidak salah.Dia mencintaiku? Ah,yang benarsaja.
“Dan aku rela melepasnya untukmu, agar dia slalu tersenyum untukmu,agar dia selalu tersenyum. Tidaklah kamu berpikir positif? Jika dia bersamaku, aku yakin dia akan slalu sedih sepanjang hidupnya.Tapi beda jika dia bersamamu, dia akan selalu bahagia dan tersenyum.
“Sepertinya aku mengerti ucapanmu.”kata Putra sirik sambil mengangkat kepalanya, menatap mata Vian tajam.
“A..apa maksudmu??kamu meninggalkannya bukan karena ingin melihat aku bersama dengannya, tapi malah sebaliknya…”mendadak suara tiu berhenti. Dan aku melihat sepertinya ada kejanggalan di hati Putra yang mendorong dia untuk tidak melanjutkan kata-katanya.
“Sudahlah….jangan seperti anak kecil begini, kamu itu udah dewasa. Udah seharusnya kamumenjadi lelaki sejati di keluarga kita. Tidak seperti aku yang penyakitan ini. Tubuhku seakan tak ada gunanya lagi. Mungkin aku hanya bisa bertahan dalam 2 bulan.”kata Vian.
Mendadak aku seperti kehilangan keseimbangan setelah mendengar ucapan Vian barusan. Dan terlambat aku terjatuh, serta sekaligus membuat riuh suasana. Aku tidak bisa menghindar lagi ketika mereka menghampiriku. Namun, aku berusaha tetap kuat padahal hatiku ini serasa seperti mati, tidak bisa digerakkan.
“Rara, ngapain kamu disini?”suara Vian memecah keheningan diantara kami bertiga.
“Aku benci kalian semua.”teriakku pada mereka dan lalu pergi begitu saja.
……………
“Ra.!! Bangun !nih udah pagi, ntar kamku telat lho!”
Suara kak Ivan membangunkanku dari luar sana. Tapi sepertinya, ada yang sudah membuka tirai kamarku semenjak tadi.
Tapi siapa ya…?WHAT??itu Putra. Ngapain pagi-pagi gini, udah ada di kamarku.?
“Ng..ngapain kamu disini?nggak kurang pagi?”kataku seraya menyingkap selimut yang ada di tubuhku.
“Aku nungguin kamu dari jam 5 pagi. Dan sekarang udah jm 6. berarti udah 1 jam aku disini. Emank kamu tuh dari dulu nggak pernah berubah. Selalu kesiangan.”
“Gila aja kamu.! Jam segini dibilang siang, udah mending aku bangu. Kalau nggak kamu mau apa.?”cerocosku tanpa meperdulikan reaksi Putra.
“Sebenernya, aku kesini Cuma pengen jelasin tentang kemari.”jelas Putra.
“Nggak usah dijelasin.! Aku udah ngerti kok gimana kamu tuh sebenernya. Aku aja yang bodoh maunya dibohongi sama orang kayak kamu.”
“Ra, maksudku bukan gitu, aku Cuma pengen kamu tuh…”belum sempet Putra ngelanjutin kata-katanya, kak Ivan masuk kamarku.
“Gimana Put? Udah bangun?”
“Udah kak. Tuh dia anaknya.”
“Duh…udah bangun.?diapain ma Putra?kok bisa melek kayak gini?”ledek kak Ivan.
“Ya udah deh, cepet mandi sana! Tuh liat jamnya udah kelewat sepuluh. Ntar telat lho?”tambah kakIvan 
“Iya kak.” Jawabku lemas.
Setelah itu kak Ivan mengajak Putra keluar untuk sarapan pagi dulu, bareng dia. Sedangkan aku Cuma berpikir, kira-kira apa yang pengen diomongin sama Putra ke aku. Huh!! Kak Ivan sih pengganggu.Ah… udahlah!
  …………………
Di sekolah, aku sama sekali nggak konsen dengan pelajaran yang diberikan para guru, kepalaku pusing. Mungkin karena semalem kebanyakan mikir. Tiba-tiba… bukk!!! Aku nggak sadarkan diri.
Mataku sedikit demi sedikit mulai menerima rangsangan cahaya setelah sekian menit pikiranku terasa kosong.
“Ra! Kamu nggak pa-pa?” Tanya Febi setelah aku membuka mata.
“Ya,aku nggak pa-pa kok!”. Cuma sedikit pusing aja.”
“Emank kamu tuh kenapa kok bisa pingsan gitu?”pertanyaan Febi mengingatkanku dengan ucapan Putra tadi pagi.
“Ra!! Kamu nggak pa-pa kan?” suara Febi membuatku kaget dari lamunan.
“Eh…iya. I’m fine. That’s oke.”
“oh… ya syukur deh. Eh….kamu tau nggak semenjak kamu pingsan tadi, si Putra terus-terusan bingung lho! Dia takut terjadi apa-apa sama kamu. Emank segitunya ya perhatian Putra ke kamu?”
“What’s?? Putra bingung liat aku pingsan. Apa mungkin dia beneran… ah nggak mungkin. Palingan dia cuma nunnjukin perhatiannya sebagai seorang sahabat. Ah…entahlah! Aku hanya membalas pertanyaan Febi dengan senyum.
  ……………….
Sore ini setelah hujan turun, taman kompleks yang biasanya dipenuhi sama anak-anak pacaran. Sekarang terlihat sepi, tak satupun orang ada disini. Kecuali…........
“Siapa dia? Kok kelihatannya….”
“Bukk!!! Dia pingsan. Langsung saja aku samperin dia dan mencoba menolongnya. Namun setelah sampai didepannya, tubuhku terasa mati…. Aku terkejut dengan apa yang kulihat, ternyata dia Vian. Tapi dia kenapa…
Sejenak aku teringat ucapan terakhir Vian kemarin, langsung saja aku menepis ingatanku jauh-jauh, seolah ini tidak benar-benar terjadi.
“Vian…! Vian bangun!kamu tuh kenapa sich? Vian , jangan buat aku khawatir gini donk.! Aku mohon bangun…bangun!!”aku menangis sambil mengayun-ayunkan badannya.
Seat kemudian aku melihat ada sebuah kertas yang tergeletak diatas tempat duduk yang tadi sempat diduduki olehnya. Aklu mengambil kertas lalu membacanya.
Saat ku membaca surat itu, aku tak sanggup menahan air mataku yang terus-menerus meluap keluar. Namun, aku heran mengapa dibagian akhir surat ini kata-katanya terputus. Apa mungkin Vian sengaja menulisnya?belum selesai pikiranku meraba-raba tentang hal itu.
Tiba-tiba…
TEEEEETTT!!!suara terompet dari arah belakangku membuyarkan lamunanku…
“happy birthday to you..2X. happy birthday to Rara.”semua orang yang di hadapanku menyerukan lagu itu dengan tepukan yang meriah…tidak terkecuali Vian.
Aku heran dengan apa yang terjadi saat ini. Taman yang semula sepi, sekarang menjadi riuh.
“Happy b’day sayang..!!kata-kata Vian semakin membuatku terperangah.
“Sa…sa…sayang.?”
“Iya! Sayang emang kenapa?kamukan pacarku. Udah seharusnya aku panggil kamu sayang.”
“pacar? Apa sich maksud kamu?kita kan udah putus dari dua hari yang lalu? Lagian kamu kok keliatannya….”
“Iya, Ra.”suara Febi memotong perkataanku.
“kenapa? Heran?”kata Putra seraya mendekat ke arahku dan Vian, begitu juga Febi.
“Kamu masih nggak sadar juga.? Selama ini kamu dikerjain.”tambahnya.
Dikerjain?”
“Ha.. ha… ha…masih belom ngerti juga. Udah…udah mending kamu Tanya aja ke Vian daripada kamu buat kita ketawa seharian.”kata Putra.
Vian menyeretku ke tempat yang lebih teduh.
“Ian, aku minta kamu sekarang jelasin tentang maksud dari semua ini.”aku menambah lucunya diantara kami berdua..
“Mmmm…sebenarnya aku nggak sakit. Dan aku juga nggak bakalan ninggalin kamu kok. Ini Cuma scenario kami bertiga. Ini semua rekayasa aja, supaya pikiranmu takut dan lupa akan hari spesialmu. Aku, Putra, dan Febi Cuma pura-pura.
“Jadi ini semua kerjaan Putra? Awas tu anak…ku hajar nanti…”
“Eits…jangan…ka nada Febi yang ngelindungin dia, Febi kan jago taekwondo.”
“Gag mungkin.”
“Gag mungkin Febi biarin kamu hajar Putra. Putra kan cowoknya Febi.”
“Tapi…bukannya Putra,..”
“Apa? Suka ama kamu?”
“I…iya..”
“Hey…ini Cuma rekayasa…!mana mungkinlah aku ngerelain kamu diambil orang..”
“Kaliant semua kurang ajar banget sich.!!kenapa gag sekalian aja setahun ngerjain aku..!!”
“Ya jangan marah gitu donk.!!”
“Ah…biarin, ngapain juga aku baik-baik sama kamu. Kamu kan jahat sama aku.”kataku sambil berdiri membelakanginya.
“Hmmm…ngambek nih.? Ya udah sini aku kasih kado special, supaya kamu gag ngambek lagi.”Vian menarik tanganku, dan sesaat…..
“Woiii…udah selesai kissingnya? Ayo cepet kesini!!udah lama kita gag ujan-ujanan.”teriak Putra dari kejauhan.
Kemudian aku dan Vian saling pandang, pikirku ini kado special yang belum aku dapat sebelumnya.

Nama : Rushitawati Amalia
Kelas : IX b